Spesifikasi Pesawat N219, Perintis Pulau RI Yang Laik Terbang

Pesawat N219 telah dikembangkan sejak 2014, telah mendapatkan laik udara pada akhir 2020 dan diharapkan masuk tahap komersialisasi pada 2021.

N219, pesawat perintis buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan LAPAN yang dikembangkan sejak 2014 telah memperoleh Type Certificate dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara/DKPPU Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Type Certificate merupakan sertifikat yang menegaskan N219 sudah memenuhi syarat kelaikan udara yang berlaku dan ditetapkan oleh hukum udara nasional.

N219 yang bisa mengangkut hingga 19 penumpang memiliki dua buah mesin turboprop yang mengacu pada regulasi CASR Part 23 dan sepasang mesin Pratt and Whitney PT6A-52 berkecepatan 850 shp dengan daya jelajah 1.580 NM, serta kecepatan 213 knots.

Menurut PTDI dalam situsnya, pesawat ini punya berbagai keunggulan di antaranya penggunaan teknologi yang sudah banyak ditemui di pasaran. Hal ini membuat biaya operasional serta pemeliharaan rendah dan menekan harga pesawat jadi lebih terjangkau.

Selain itu pesawat ini juga dibekali teknologi avionik seperti Garmin G-1000 dengan Flight Management System yang di dalamnya sudah terdapat Global Positioning System (GPS). Ada juga sistem autopilot serta Terrain Awareness and Warning System.

Terrain Awareness and Warning System merupakan sistem yang mendeteksi pesawat sedang menuju atau mendekati perbukitan. Sistem kemudian akan memberi tanda visualisasi secara tiga dimensi sehingga pilot dapat melihat secara langsung kondisi perbukitan yang akan dilalui.

N219 juga punya kabin yang diklaim terluas di kelasnya sehingga membuatnya menjadi pesawat serbaguna. Pesawat ini dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti pengangkut barang, evakuasi medis, pengangkut penumpang, bahkan pasukan.

Bahkan PTDI menjelaskan N219 akan tersedia versi amfibi yang sanggup lepas landas di bandara dan permukaan air. Kemampuan ini diharapkan dapat membuka destinasi pariwisata laut di Nusantara dengan cepat.

"Prototype pesawat pertama (Prototype Design 1) N219 Nurtanio telah menjalani Flight Cycle sebanyak 250 cycledan Flight Hours sebanyak 275 jam. Sedangkan prototype pesawat kedua (Prototype Design 2) N219 telah menjalani Flight Cycle sebanyak 143 cycle dan Flight Hours sebanyak 176 jam," kata kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Gita Amperiawan dikutip dari Antara, Senin (28/12).

"Sehingga secara total pesawat N219 telah menyelesaikan 393 Flight Cycle dan 451 Flight Hours dalam proses sertifikasi ini," sambungnya.

Pengembangan N219 sejak 2014 dilakukan untuk tahap desain dan aplikasi Type Certificate. Setelah itu pembuatan prototipe pesawat pertama dilakukan pada 2016 dan prototipe pesawat kedua pada 2017 bersamaan dengan proses integrasi sistem.

Pada tahun tersebut awal mula proses pengujian untuk sertifikasi. Direncanakan pesawat ini masuk tahap komersialisasi pada 2021.

Related Posts:

Disqus Comments

Menu Halaman Statis

© 2017 Alfashion - Template Created by goomsite - Proudly powered by Blogger